Kematian Terindah Fatimah, Nourman Hidayat : Kepergiannya Membuatku Iri

relasinasional
29 Maret 2022 | 20:54 WIB Last Updated 2024-08-24T03:23:27Z

Kematian Terindah Fatimah, Nourman Hidayat : Kepergiannya Membuatku Iri
 

Relasi Nasional | Banda Aceh - Kisah nyata yang ditulis kembali oleh seorang Pengacara terkenal di Aceh yaitu Advokat Nourman Hidayat untuk sang mantan istri yang lebih awal menghadap Ilahi pada 2007 silam

Disaat-saat terakhir kepergian sang mantan istri, Fatimah Yusuf Hanafiah membuat dirinya tak bisa melupakan peristiwa itu bahkan sangat iri dengan kepergiannya

Lantas seperti apa kisahnya? Yuk kita simak!

Sebuah teks sms sudah saya siapkan, satu jam sebelumnya.
Begini isinya :

"Subhanallah, Allah mempertemukan kami dalam keadaan baik, dan memisahkan kami dalam keadaan yang baik pula. Innalillahi wainnailaihi rajiun. Telah berpulang ke rahmatullah, istri saya, Fatimah Yusuf Hanafiah, pagi ini pukul 6 wib. Mohon maaf atas segala kesalahannya. Nourman. "

Saya ingat sekali detail teks ini. secara sadar saya ingin memberikan khabar gembira, bukan khabar duka yang memporak porandakan hati dan fikiran ikhwah semua. Teks ini adalah ungkapan sayang, kebahagiaan, dan juga kerinduan mendalam. Saya rangkum sejak pertama kali almarhumah jatuh sakit.

Wafatnya istri saya, Fatimah, adalah kematian terindah baginya. Bagaimana tidak ? Sakratul maut yang dihadapinya diisi dengan mendengar bacaan tilawah dan dialog optimis yang biasa dilakukan para perindu surga.

Dengarkan bisikan Fatimah waktu itu :

"Abi, lihatlah di atas sana., indah sekali !" Katanya sambil menunjukkan ke sudut langit-langit ICCU .
Dia melanjutkan, menyebut satu persatu nama kami,

".... Abi.., ummi.., hamzah.., khalid .. umar.. ,
Kita sedang menaiki sebuah mobil. Di sana ada suara 'laailaahaillallah..'."

"Mau kemana kita, mi ?" Tanya ku..
Fatimah pun menjawab cepat : " ke surga lah.. ". Jawabnya.
Optimis sekali.
Ini adalah malam ketiga dirinya di rawat intensif di Iccu RSUZA.

Di sela nafasnya yang tersengal-sengal, fatimah kembali meminta kepastian kepada saya,
"Abi, ummi langsung saja ke surga??".

Saya pun menjawab pasti, "iya, mi." Kami berbinar.

Sungguh saya tak ragu. Fatimah sangat dekat dengan Tuhannya. Dia rutin tahajud sambil duduk atau berbaring meski lupa jumlah rakaatnya. Penyakit yang diderita membuat sebagian memorinya tak lagi sempurna.

yang terbaring lemah dihadapan saya adalah seorang perempuan pejuang, ibu dari anak-anak saya yang sedang menjemput kematian terindahnya.

Tubuhnya ringkih. Jilbabnya masih terjaga dan tertutup rapi. Dia tak melepasnya demi kemuliaan dan kesucian.

Peralatan medis masih melekat di jari-jarinya. Selang makanan masih di mulutnya. Ruangan itu begitu dingin, hangat dengan lantunan ayat-ayat alquran mengalun pelan di telinganya. Fatimah masih melirik ke arah saya.
Sisa waktu kebersamaan kami pun tak lama lagi.

Mengejar kesempatan, saya memintanya tersenyum terakhir kalinya. Fatimah pun tersenyum, manis sekali.

Di luar masih gelap dan sepi. Angin berhembus pelan. Lembut menerpa rerumputan yang basah oleh embun malam tadi.

Alhamdulillah, 25 juli 2007, Fatimah telah kembali ke haribaan Allah dengan sebaik-baiknya. Mewasiatkan untuk merawat anak-anak kami, dan memilih sendiri pengganti dirinya, seorang perempuan pejuang yang saat ini mendampingi hidup saya. Namanya Seri Amalia.

InsyaAllah Fatimah husnul khatimah.
Semoga segala kebaikan dunia akhirat dilimpah kan Allah kepada dirinya, keluarganya, anak-anaknya, dan sahabat seperjuangannya.. insyaallah.
Mohon maaf atas segala kesalahan dan kekhilafan almarhumah.

Seulimum, 25 juli 2015.
Nourman. 082117316559

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Kematian Terindah Fatimah, Nourman Hidayat : Kepergiannya Membuatku Iri

Trending Now