Relasi Nasional | Aceh Utara - Program gowes di Aceh kembali menjadi bahan kritikan masyarakat. Bukan kali ini saja gowes menuai polemik, hampir setiap tahun terdapat kritikan terhadap olahraga sepeda ini di Aceh.
Ketua Insan Meurah Silu (IMS), Andi Saputra menilai wajar adanya kritik dari masyarakat yang menilai standard Syariat Islam tidak terpenuhi.
Menurutnya, Masyarakat Aceh sebenarnya tidak anti terhadap Gowes tetapi ada standard yang harus dipenuhi, misalnya untuk laki-laki, panitia menyediakan celana olahraga panjang, untuk perempuan juga harus berpakaian yang menutupi bagian yang menonjol.
"Kita tidak anti Gowes, yang kita sayangkan panitia tidak memperhatikan standard. Jika setiap Gowes menimbulkan kritik sungguh program gagal. Artinya Syariat jalan di tempat, Pariwisata juga nggak Goes (tidak kemana-mana)", kata Andi Saputra saat ditanya pendapatnya oleh media ini, Rabu (18/05/2022).
Lebih lanjut, Ia menjelaskan jika sikap pemerintah atau dinas terkait terus bersikap berseberangan dengan masyarakat justru memperlihatkan bahwa mereka masih tidak update terhadap perkembangan zaman.
"Seharusnya Gowes ini menjadi peluang usaha bagi desainer dan pedagang pakaian, khususnya pakaian olahraga muslim / muslimah di Aceh", imbuhnya.
Sebagai contoh olahraga yang lebih vulgar lagi seperti renang saja, pakaiannya bisa dimodifikasi bernuansa Islami; ada hijab, kemudian bajunya ada terusan yang menutup bokong serta dibagian dada dibuat longgar berlapisan.
"Padahal tinggal klik google untuk contoh desain pakaian olehraga, jadi anda sampai ke Amerika ngapain saja ?", pungkasnya