TAMIANG LAYANG - Sejak tahun 2020, Hawini bekerja di sebuah tabloid media online yang berada di salah satu kabupaten Provinsi Kalteng. Beberapa bulan belakangan, karena positif Covid, ia memilih beristirahat dari tugas meliput berita.
Hawini mengaku ikhlas, selama bekerja tidak menerima gaji dari tabloid yang mempekerjakannya, sehingga ia menggantungkan hidupnya dari iklan dan memperjuangkan kontrak penayangan berita dari instansi pemerintah daerah setempat. Belum lagi situasi pandemi, meskipun menyadari resiko terdampak akibat bekerja di luar rumah, Hawini terpaksa merelakan kesehatannya, sementara pimpinan media menggunakan nama dan jabatannya sebagai Kabiro untuk menawarkan langganan berita online.
Sebagaimana kata pepatah “usaha tak pernah mengkhianati hasil,” ikhtiar Hawini bersama pimpinan media berbuah manis. Penawaran lanjutan langganan koran yang ia tandatangani sejak 9 September 2021 ditindaklanjuti untuk APBD tahun anggaran 2022. Namun, seperti ungkapan “bagai kacang lupa kulitnya,” menurut pengakuan Hawini bahwa ia tak menerima sepeserpun hasil dari perusahaan media yang ia buat sukses.
Hawini harus meliput ke lapangan saat pandemi, tidak ada upah dan menawarkan langganan serta advertoria online. Begitu ada hasil, pihak perusahaan tidak membagikan kesejahteraan. Soal perlindungan Safety Net yang menjadi tanggung jawab perusahaan ketika positif Covid-19, enggak ada. Tak heran, jika Hawini mencatatkan permasalahannya pada Dinas Tenaga Kerja setempat. Memilukan.
“saya berulang kali mengundang pimpinan media berunding, namun pihak perusahaan tidak hadir,” ungkapnya.
==========
Yusua Pernandu