Foto: Masjid Agung Sultan Jeumpa Bireuen (dok. Rahmat T Geurugok) |
ARTIKEL - Kabupaten Bireuen adalah salah satu dari 23 kabupaten yang terletak di provinsi Aceh, Indonesia. Wilayah ini memiliki sejarah yang kaya, keindahan alam yang menakjubkan, dan berbagai potensi yang menjanjikan. Dengan kata kunci "Bireuen," kita akan menjelajahi lebih dalam tentang kabupaten ini, meliputi sejarahnya, kehidupan masyarakatnya, potensi ekonomi, pariwisata, serta berbagai hal menarik lainnya.
Sejarah dan Identitas
Bireuen memiliki sejarah panjang yang mencerminkan perjuangan dan ketahanan masyarakat Aceh. Pada masa lalu, Bireuen dikenal sebagai daerah Jeumpa, sebuah kerajaan kecil di Aceh. Jeumpa terletak di Desa Blang Seupeung, Kecamatan Jeumpa, Kabupaten Bireuen. Kerajaan-kerajaan kecil seperti Jeumpa mengalami pasang surut seiring berjalannya waktu dan pengaruh asing, terutama setelah kedatangan Portugis di Malaka pada tahun 1511 dan kemudian Belanda.
Perkembangan sejarah terus berlanjut, dan Belanda secara de facto menguasai Aceh pada tahun 1904, ketika mereka berhasil menduduki benteng Kuta Glee di Batee Iliek, bagian barat Kabupaten Bireuen. Namun, semangat perlawanan Aceh tetap menyala, dan perjuangan melawan penjajah terus berlanjut.
Salah satu momen penting dalam sejarah Bireuen adalah ketika kabupaten ini ditetapkan sebagai ibukota Republik Indonesia kedua pada tanggal 18 Juni 1948, saat terjadi Agresi Militer Belanda II (1947-1948). Ini menjadikan Bireuen sebagai tempat bersejarah dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Kondisi Geografis dan Populasi
Secara geografis, Kabupaten Bireuen terletak antara 04° 54' 00”–05° 21' 00” LU (Lintang Utara) dan 96° 20' 00”–97° 21' 00” BT (Bujur Timur). Kabupaten ini berbatasan dengan Selat Malaka di sebelah utara, Kabupaten Aceh Utara di sebelah timur, Kabupaten Pidie dan Kabupaten Bener Meriah di sebelah selatan, serta Kabupaten Pidie Jaya di sebelah barat.
Pada tahun 2010, jumlah penduduk Kabupaten Bireuen mencapai 389.024 jiwa, dengan rasio penduduk pria dan wanita sekitar 96,46. Dengan luas wilayah mencapai 1.796,31 kilometer persegi, tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Bireuen adalah sekitar 200 jiwa per kilometer persegi. Kabupaten ini memiliki 17 kecamatan dan 609 gampong, yang memberikan gambaran tentang keragaman geografis dan kulturalnya.
Potensi Ekonomi dan Pertanian
Bireuen memiliki potensi ekonomi yang menjanjikan, terutama dalam sektor pertanian. Sebagian besar wilayah ini adalah wilayah agraris, dengan sekitar 52,2% wilayah Bireuen digunakan untuk pertanian. Tanaman pangan seperti padi dan kedelai menjadi komoditas utama di kabupaten ini. Luas tanaman padi mencapai sekitar 29.814 hektar, dengan sentra produksi padi terletak di beberapa kecamatan seperti Samalangan, Peusangan, dan Gandapura. Irigasi Pante Lhong adalah salah satu sumber pengairan sawah yang penting di daerah ini.
Selain padi dan kedelai, Bireuen juga dikenal sebagai daerah penghasil pisang, terutama di Kecamatan Jeumpa. Pisang ini sering diolah menjadi keripik pisang, dan Bireuen telah terkenal sebagai produsen keripik pisang yang lezat. Komoditas khas lainnya adalah giri matang, yang merupakan jenis jeruk bali yang hanya tumbuh di Matang Geulumpangdua.
Kelautan dan Perikanan
Bireuen memiliki potensi kelautan yang sangat menjanjikan. Kecamatan Peudada adalah salah satu pusat penting untuk perikanan di kabupaten ini. Di sini, Pusat Pendaratan Ikan (PPI) telah dibangun untuk mendukung industri perikanan. Selain itu, budidaya udang windu juga menjadi salah satu kegiatan yang berkembang di wilayah ini.
Pengembangan Industri dan Kawasan Pariwisata
Untuk pengembangan industri, Pemerintah Kabupaten Bireuen menggunakan kawasan Gle Geulungku sebagai area pengembangan. Kawasan ini memiliki potensi untuk menjadi pusat kegiatan industri yang mendukung pertumbuhan ekonomi daerah.
Dalam bidang pariwisata, Bireuen menawarkan sejumlah tempat wisata alam yang menarik. Krueng Simpo dan Batee Iliek adalah dua sungai yang menawarkan panorama indah yang sering dikunjungi oleh wisatawan. Benteng pertahanan di Batee Iliek juga memiliki nilai sejarah yang penting dalam perlawanan Aceh terhadap penjajah.
Kuliner Khas Bireuen
Selain potensi ekonomi dan alam yang menakjubkan, Bireuen juga memiliki beragam hidangan kuliner yang lezat. Beberapa hidangan khas yang patut dicoba di sini meliputi:
Mie Kocok Geurugok (Gandapura): Mie kocok dalam kuah kaldu daging sapi yang lezat.
Rujak Manis: Hidangan buah dengan saus manis pedas yang nikmat.
Bakso Gatok (Kuta Blang): Bakso khas Bireuen dengan cita rasa unik.
Sate Matang (Peusangan): Sate dengan saus kacang khas Aceh.
Bu Sie Itek dan Nagasari (Kota Juang/Bireuen): Bebek yang dimasak dengan bumbu khas Aceh dan kue tradisional nagasari.
Pemekaran Kecamatan
Pada tahun 2005, terjadi pemekaran kecamatan di Kabupaten Bireuen, yang menghasilkan 17 kecamatan yang ada saat ini. Pemekaran ini adalah upaya untuk memperluas dan meningkatkan tata kelola administratif wilayah ini.
Bireuen adalah contoh yang menarik dari keberagaman budaya, sejarah yang kaya, dan potensi ekonomi yang besar. Dengan keragaman alamnya, warisan sejarahnya, dan hidangan kuliner yang lezat, kabupaten ini menawarkan pengalaman yang berharga bagi mereka yang ingin menjelajahi Aceh yang unik dan menarik. Potensi pertanian, kelautan, industri, dan pariwisata menjadi landasan kuat untuk pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang berkelanjutan di Bireuen. (MIS)