Tradisi Maulid Nabi di Aceh, Khanduri Molod yang Penuh Makna dan Kebersamaan

relasinasional
31 Agustus 2024 | 07:23 WIB Last Updated 2024-08-31T00:23:59Z

 

Maulid di Aceh
Foto: Kebersamaan masyarakat Aceh dalam Khanduri Molod (dok. Istimewa)

Relasi Nasional - Aceh, provinsi di ujung barat Indonesia, memiliki tradisi unik dalam merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW yang dikenal sebagai "khanduri molod." Perayaan ini tidak hanya berlangsung sehari seperti di beberapa daerah lain di Indonesia, tetapi dilaksanakan selama tiga bulan berturut-turut, dimulai dari bulan Rabiul Awal hingga Rabiul Akhir dan berlanjut ke Jumadil Awal. Tradisi ini menjadi momen penting bagi masyarakat Aceh untuk memperkuat silaturahmi dan memperdalam nilai spiritual serta kecintaan mereka kepada Rasulullah.


Ritual dan Makna Khanduri Molod di Aceh


Selama perayaan Maulid Nabi di Aceh, masyarakat berkumpul di meunasah (tempat ibadah dan kegiatan sosial masyarakat setempat) untuk melaksanakan berbagai kegiatan seperti doa bersama, berselawat, dan ceramah agama. Acara ini dihadiri oleh seluruh lapisan masyarakat, mulai dari anak-anak hingga orang tua, yang bersama-sama memanjatkan doa dan puji-pujian kepada Nabi Muhammad SAW. Khanduri molod tidak hanya sekadar perayaan, tetapi juga menjadi sarana memperkuat ikatan sosial di antara masyarakat.


Makna dari khanduri molod ini sangat mendalam bagi masyarakat Aceh. Selain sebagai bentuk kecintaan kepada Rasulullah, perayaan ini juga mencerminkan semangat kebersamaan, gotong royong, dan persatuan. Masyarakat bergotong royong dalam mempersiapkan dan menyajikan berbagai hidangan tradisional yang menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan ini.


Hidangan Khas Maulid di Aceh: Lebih dari Sekadar Makanan


Salah satu elemen penting dalam khanduri molod adalah hidangan khas yang disajikan selama perayaan. Hidangan ini tidak hanya sekadar makanan, tetapi juga memiliki makna filosofis yang mendalam bagi masyarakat Aceh. Beberapa hidangan yang selalu hadir dalam perayaan Maulid di Aceh antara lain:


1. Bu Kulah

Bu kulah adalah nasi putih yang dibungkus dengan daun pisang. Bentuknya menyerupai tumpeng kecil, dan biasanya disajikan tanpa bumbu khusus. Bu kulah melambangkan kesederhanaan dan ketulusan hati dalam berbagi.


2. Kuah Beulangong

Kuah beulangong merupakan kari kambing khas Aceh yang biasanya dimasak dalam kuali besar (beulangong). Hidangan ini sering menjadi menu utama dalam acara-acara besar seperti Maulid Nabi, pernikahan, atau kenduri adat. Kuah beulangong memiliki cita rasa rempah yang kuat dan menggugah selera, mencerminkan kekayaan kuliner Aceh.


3. Bulukat

Bulukat adalah nasi ketan yang juga dibungkus dengan daun pisang. Bulukat biasanya disajikan dengan berbagai lauk pauk seperti kuah beulangong, telur dadar sunti, keumamah (ikan kayu), bebek masak putih, urap khas Tanah Rencong, dan rendang daging. Hidangan ini mencerminkan kekayaan alam Aceh dan keterampilan masyarakat dalam mengolah bahan pangan lokal.


4. Hidang Meulapeh

Hidangan ini terdiri dari berbagai macam sajian yang disusun secara bertingkat dan dihidangkan bersama-sama. Meulapeh mencerminkan semangat berbagi dan gotong royong di kalangan masyarakat Aceh, di mana setiap orang berkontribusi dengan membawa hidangan terbaik mereka untuk dinikmati bersama.


Hidangan-hidangan ini sering kali disajikan dalam kenduri akbar di setiap gampong (desa) dan menjadi simbol kebersamaan serta kecintaan kepada Rasulullah Muhammad SAW. Persiapan dan penyajian hidangan ini melibatkan seluruh anggota masyarakat, yang bekerja sama untuk memastikan setiap orang yang hadir dapat menikmati makanan secara merata.


Kebersamaan dalam Khanduri Molod: Sebuah Warisan Budaya yang Terus Lestari


Perayaan Maulid Nabi di Aceh bukan hanya sekadar ritual keagamaan, tetapi juga menjadi perwujudan dari nilai-nilai sosial dan budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi. Khanduri molod menjadi momen untuk mempererat hubungan antarwarga dan memperkuat rasa persaudaraan. Dalam suasana yang penuh kebersamaan ini, tidak ada perbedaan antara yang muda dan tua, kaya dan miskin; semua datang untuk berbagi dan bersatu dalam kebahagiaan memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.


Selain itu, perayaan ini juga menjadi sarana pendidikan bagi generasi muda Aceh. Melalui partisipasi aktif dalam khanduri molod, anak-anak diajarkan nilai-nilai keagamaan, gotong royong, dan kecintaan kepada sesama. Mereka belajar bahwa perayaan Maulid Nabi bukan hanya soal makanan atau ritual, tetapi juga soal nilai-nilai moral yang harus dijaga dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.


Khanduri Molod sebagai Identitas dan Kebanggaan Aceh


Khanduri molod sebagai perayaan Maulid Nabi di Aceh adalah bagian tak terpisahkan dari identitas budaya Aceh yang kaya akan tradisi dan nilai-nilai spiritual. Melalui perayaan ini, masyarakat Aceh tidak hanya menunjukkan kecintaan mereka kepada Rasulullah, tetapi juga memperlihatkan kekuatan solidaritas sosial yang masih terjaga di tengah modernisasi. Kebersamaan, gotong royong, dan keikhlasan menjadi landasan utama dari perayaan yang berlangsung selama tiga bulan ini.


Dengan segala kekayaan tradisi dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, khanduri molod tidak hanya menjadi acara tahunan semata, tetapi juga simbol kebanggaan masyarakat Aceh yang selalu berusaha menjaga warisan budaya mereka agar tetap lestari. Melalui khanduri molod, generasi muda Aceh terus diingatkan akan pentingnya menjaga tradisi dan merawat silaturahmi, sesuai dengan ajaran Islam dan nilai-nilai kemanusiaan.

(mis/red)

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Tradisi Maulid Nabi di Aceh, Khanduri Molod yang Penuh Makna dan Kebersamaan

Trending Now