Kasus Mengerikan Papin Bersaudara dan Persidangan yang Mengguncang Prancis di Tahun 1930-an

relasinasional
29 September 2024 | 15:06 WIB Last Updated 2024-09-29T08:06:22Z

Papin Sisters
Lea (kiri) dan Christine (kanan) berpose bersama dalam potret formal. [dok. Istimewa]

 Viral Case - Pada Februari 1933, Prancis diguncang oleh salah satu pembunuhan paling mengerikan dalam sejarahnya. Dua bersaudara, Christine dan Léa Papin, membunuh majikan mereka dengan cara yang sangat brutal. Kasus ini tidak hanya menjadi perhatian publik, tetapi juga menjadi simbol perjuangan kelas yang diperdebatkan oleh para intelektual pada masa itu.


Papin bersaudara—yang bekerja sebagai pelayan rumah tangga—melakukan aksi keji pada 2 Februari 1933, terhadap dua korban mereka, Léonie Lancelin dan putrinya, Geneviève. Mereka merusak wajah, mencabut mata korban, dan melakukan mutilasi yang begitu mengerikan.



Kehidupan di Rumah Keluarga Lancelin


Christine dan Léa bekerja untuk keluarga kaya di Le Mans, Prancis. Mereka melayani René Lancelin, seorang pengacara pensiunan, bersama istrinya Léonie dan putri dewasa mereka, Geneviève. Dari luar, kehidupan mereka tampak baik-baik saja. Mereka diberi makanan yang sama dengan keluarga Lancelin, memiliki kamar dengan pemanas, dan digaji sesuai standar waktu itu.


Namun, di balik itu, hubungan antara Papin bersaudara dan keluarga Lancelin ternyata jauh dari ideal. Christine dan Léa hampir tidak pernah berbicara dengan René. Semua perintah datang dari Léonie, dan itupun lewat catatan tertulis. Léonie terkenal perfeksionis dan sering memeriksa kebersihan rumah dengan sarung tangan putih, menambah tekanan psikologis bagi kedua pelayan tersebut.



Hari Pembunuhan Brutal


Pada hari pembunuhan, cuaca sangat buruk dengan hujan deras. Setelah berbelanja, Léonie dan Geneviève kembali lebih awal dari yang diperkirakan. Saat diberitahu bahwa setrika yang diperbaiki mengalami korsleting dan listrik rumah mati, Léonie marah besar.


Tanpa diduga, Christine mengambil kendi dan memukul kepala Léonie. Geneviève yang berusaha melindungi ibunya juga diserang oleh Christine yang berteriak, “Aku akan habisi mereka!” 


Léa kemudian turun dan bergabung dalam serangan brutal ini. Christine menyuruhnya untuk mencabut mata Léonie, dan Léa menuruti. Mereka terus menyerang hingga kedua korban tewas, lalu mulai melakukan mutilasi pada tubuh korban dengan menggunakan berbagai alat rumah tangga. Tindakan keji ini membuat kasus tersebut semakin mengerikan di mata publik.


Setelah pembunuhan, Papin bersaudara membersihkan diri, mengunci semua pintu rumah, dan menunggu di kamar mereka. René Lancelin yang merasa khawatir karena istri dan putrinya tidak kembali untuk makan malam, akhirnya pulang dan mendapati rumahnya terkunci. Polisi yang dipanggil kemudian menemukan pemandangan yang sangat mengerikan di dalam rumah tersebut.



Persidangan yang Membelah Prancis


Kasus ini segera menarik perhatian publik, terutama kalangan intelektual Prancis yang melihatnya sebagai simbol pemberontakan terhadap ketidakadilan sosial. Tokoh-tokoh seperti Jean-Paul Sartre dan Simone de Beauvoir berpendapat bahwa pembunuhan ini adalah akibat dari eksploitasi kelas pekerja oleh kaum elit.


Di persidangan, pembelaan berusaha meyakinkan bahwa Papin bersaudara mengalami gangguan mental sementara. Mereka mengajukan bukti bahwa ada riwayat penyakit jiwa dalam keluarga mereka. Ahli psikiatri menyatakan bahwa mereka mungkin menderita folie à deux, atau psikosis bersama, di mana dua orang berbagi delusi paranoid dan melakukan kekerasan karena merasa terancam.


Namun, pengadilan memutuskan bahwa Christine dan Léa waras dan bersalah atas pembunuhan tersebut. Christine dijatuhi hukuman mati dengan guillotine, sementara Léa dihukum 10 tahun kerja paksa.


Christine mengalami gangguan mental di penjara dan mencoba mencabut matanya sendiri sebelum eksekusi. Hukuman matinya kemudian diubah menjadi penjara seumur hidup, tetapi ia meninggal karena kelaparan pada tahun 1937. Léa, yang dibebaskan lebih awal karena berkelakuan baik, menjalani sisa hidupnya dengan identitas baru.



Kisah Papin bersaudara tidak hanya mengungkap kekejaman, tetapi juga menyingkap ketidakadilan sosial dan kondisi mental yang tak tertangani. Kasus ini terus menjadi bahan diskusi, memunculkan rasa ngeri sekaligus rasa ingin tahu tentang apa yang sebenarnya mendorong dua saudara ini melakukan tindakan brutal tersebut. (mis/red)

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Kasus Mengerikan Papin Bersaudara dan Persidangan yang Mengguncang Prancis di Tahun 1930-an

Trending Now